Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

10 Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Aceh

Pada mulanya hanya pada berita tentang "syariat Islam" yang digoreng media, saya baper sering menyaksikan warga non-Aceh mengatakan kami sok suci, hingga disumpahi biar Tsunami lagi. 

Belakangan fenomena ini tak sebatas di topik agama, bahkan di bidang hiburan kami dianggap kuno karena tak ada Bioskop apalagi Diskotik. Kurang piknik katanya. 

Belum lagi kini makin lebar dengan dianggap kami Islam garis keras. Selain tuduhan tidak nasionalis, tidak toleran, dst yang sudah lebih awal dilabelkan media ke kami. Kemudian saya malah biasa saja. Toh kami yang hidup disini tenang-tenang saja, kok yang repot yang diluaran sana 
.
1. TIDAK TOLERANSI

Isu ini paling sering diberi ekstra micin oleh media hingga yang banyak mengosumsinya dibuat kejang menilai Syariat. Seolah kami telah menzalimi non-muslim. Seolah mereka dikekang untuk beribadah.

Padahal coba main ke Aceh. Kami ajak ke salah satu pusat ibu kota, Peunayong sebagai sentral perdagangan. Kita lihat bagaimana etnis Tionghoa hidup sejahtera disini. Mereka bebas memakai rok pendek maupun YouCanSee. Sekolah Methodist pun masih exist hingga sekarang.

Toleransi bagi kami bukan sebatas hanya dalam ucapan "selamat natal". Sempit sekali membatasi toleransi hanya sebagai kata ucapan selamat pemanis bibir. Toleransi itu luas.
Contohnya keluarga saya; kami acapkali membiarkan keluarga Nasrani yang sudah belasan tahun bertetangga dengan kami, menghidupkan musik rohani dengan pengeras suara dihari minggu. Bahkan Anjing peliharaan mereka kerap keluar-masuk pekarangan kami yang kala itu belum berpagar. Sandal kami hilang sebelah, ranjau dari kotorannya pun aktif meskipun tak ada perang antara kami.
Kami tak pernah menegur karena paham makna toleransi. Selain itu juga kami takut, karena beliau Polisi
.
2. WARGA ACEH KURANG HIBURAN.

Oke sampai disni, mari kita tarik nafas dalam-dalam. Hempaskan dengan cantik.
Hiburan itu banyak ragamnya Gaes. Bukan semata Mall, bioskop, apalagi Club Malam. Kenapa pula itu Club harus malam-malam.

Club siang kita banyak kok disini. Club diet sehat tapi

Saya akui untuk 3 tempat diatas, kami ini orang miskin.... Ya oma... Ya oma...!
Tapi laut kami kaya Ya Oma.. ya Oma....!
Insyaallah warga kami gak akan stress cuma karena gak ada bioskop. Tapi orang yang nonton bioskop justru berpeluang demikian. Apalagi udah cape nonton film yang durasinya sampe 3 jam tanpa jeda. Pulang-pulang malah diminta #DontSpoil.
Wisata bahari kami banyak sekali. Laut lepas nan luas hadirkan riuh ombak bersahutan, panorama Indah nan segar, aroma ikan bakar.

Apalah arti sepetak layar diruang gelap berbayar itu, dibanding panorama sejauh mata memandang yang kami punya.

Toh film apapun, belum sebulan tayang disana udah bisa kita nikmati di laptop pribadi.
Mungkin juga disebabkan karena jiwa dermawan kami (yang sudah teruji hingga ke puncak Monas) jadi kalau pengen sekali nonton film di bioskop, kaum kelas menengah keatas biasa akan ke Medan buat sedekah ke Bioskop disana. Nah kalau kaum Missquen kayak kami? Gak sanggup sedekah ke Medan, sedekah ke Ganool aja
.
3. BUKAN PEMUJA ARTIS

Mungkin efek dinomor 2 larinya ke nomor 3.

Kami jarang kedatangan artis. Logikanya, seharusnya menemukan artis yang jarang dilihat akan menimbulkan ekspresi yang berlebihan. Tapi rupanya tidak.
Saya acapkali melihat kedatangan artis disini malah biasa saja. Tidak seperti di pulau sana yang semakin menjadi pusat artis semakin histeris pula fansnya. Pernah kedatangan artis nasional bahkan internasional, EO nya malah kerugian karena minim peminat
.
4. TUTUP DIACEH BUKA DI MEDAN

Apapun yang tertutup di Aceh kok terbuka Di Medan, Jakarta, dan tempat lain? Jilbab misalnya.

"Orang aceh munafik" sambar mereka.

Tugas Ulama dan Umara disini adalah menjaga kami agar jauh dari maksiat ditanah Indatu. Kaum buka-tutup itu bukan Munafik, cuma patuh peraturan. Seumpana pepatah "Dimana bumi dipijak, disitu jibab dijungkat"

Terkait hubungannya Aceh-Medan memang complicated, mereka saling mencintai dengan cara rumit. Aceh sampai sekarang masih mengandalkan pasokan listrik, telur, tomat, hingga Teri pun dari Medan, Indomie mesti pula Soto Medan. Bahkan untuk sekedar buka jilbab pun harus ke Medan. Kurang kaya apalagi coba
.

5. KETURUNAN RAJA atau PANGLIMA

Saat hari buruh nyaris tidak pernah ada kegiatan apapun disini. Tak ada pabrik besar yang mempekerjakan banyak buruh di Aceh. Selain itu mental "keturunan raja" membuat sebagian warga kadang lebih suka hidup pas-pasan asal santai, daripada banting tulang asal kaya. Lihat saja warung kopi menyesaki setiap jengkal tanahnya, banyak sekali orang menyeruput kopi berjam-jam tak habis-habis seolah tak diburu waktu dan pekerjaan, tak terkecuali PNS.

Sumber: Facebook Safrina Syams

Lihat saja bagaimana pesan terakhir Teuku Umar yang menggambarkan mental orang Aceh, "Beungoh singoh geutanyoe jep kupi di keude Meulaboh atawa ulon akan syahid". Syahid di perang dan Ngopi di Warung. Itu

6. MENGEKANG PEREMPUAN.

"Kasian perempuan Aceh selalu dikekang, Dan dijadikan objek Syariat"
Hai Esmeralda! Jika perempuan Aceh dikekang, tak mungkin Malahayati bisa menjadi laksama perempuan pertama didunia.

Jauh sebelum Kartini merasa dibatasi ruang geraknya, disini Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Ratu Safiatuddin sudah memimpin ribuan pasukan.

Dulu Aceh memang punya banyak sekali Srikandi tangguh. Jika sekarang meredup, sama sekali bukan Syariat penyebabnya karena dari masa kesultanan Aceh, Syariat sudah berjalan.

Saya juga tak paham kenapa perempuan Aceh kini tak setangguh leluhur mereka. Dulu perempuan Aceh alat tempur ditangan mereka adalah pedang hingga meriam. Sekarang alat tempur mereka berubah menjadi Blush On, Maskara, dan kawan-kawannya.
Ternyata zaman sudah banyak berubah, sejak "cerdas" digeser oleh "cantik"
"Tangguh" digeser "unch unch"
.

7. TIDAK NASIONALIS

Kejam sekali statement ini. Sesudah apa yang leluhur kami berikan demi negara ini pasca kemerdekaan, disebut "Daerah modal" pula. Namun dibalas dengan Darurat Militer yang telah membunuh ribuan nyawa.

Negara ini tak jua merealisasi permintaan hak keistimewaan yang telah dijanjikan dengan air mata kepada kami oleh Sukarno. Kemudian ketika berontak dibilang separatis.
Kini pasca pilpres dapat pula gelar tak tau balas budi. Budi mana yang harus kami balas? Budi Waseso, Budi Doremi, Budi Anduk?

8. TSUNAMI.

"Emang pantas dikasih Tsunami" ucap Netijen yang melabeli kami sombong, angkuh, ekstrim endebre endebre.

Posisi negara kita di "Ring Fire" mutlak meningkatkan resiko bencana dimanapun. Tak mesti Aceh, pasca Tsunami 2004 Makin banyak musibah dari gelombang air laut ini di berbagai daerah. Tak apa, mungkin memang pantas kami diuji dengan musibah maha dahsyat. Toh pasca musibah itu Allah telah memberikan hadiah terindah yang bernama kedamaian setelah sekian lama bertikai dalam perang. Alhamdulillah ya khaaannnn?

9. SUKA PERANG.

Ini tak perlu diperpanjang, sudah terbukti.

Kami sebenarnya cinta damai, tapi jika sudah menyangkut Marwah jangan main-main. Attalarik aja sampai betah menduda.

10. GARIS KERAS

Haaaaaa... Sampai juga ke topik ini.

Masih hot gak sih?

Kami memang keras, tapi untuk diri sendiri dan keluarga kami. Sebagai sebuah ikhtiar melindungi diri dari segala keburukan yang makin banyak di akhir zaman. Dimana antara haq dan batil semakin sulit dibedakan; yang mana hoax yang mana yang nyata, yang mana halal yang mana haram, yang mana kepentingan politik yang mana kepentingan agama. Terutama, membedakan yang mana wanita yang mana waria, sungguh sangat sulit diera Lucinta Luna

Konon Ghirah terhadap agama membuat kami diklasifikasikan "Islam Garis Keras".
Saya menamainya "Islam Garis Barat" Karena gelarnya diberikan ke Jawa Barat, Sumatra Barat, dan Provinsi (paling) Barat.

Berhubung penafsiran "garis keras" sampai sekarang masih beragam dari versi sekelas Professor sampai Processor kayak saya. Maka saya memilih tidak mengomentarinya dalam ranah keilmuan. Karena saya sukanya bahas receh-receh aja.

Semacam.... Apakah Uni Soviet itu perempuan Padang? Apakah Kangguru itu berdarah Sunda? dan apakah celana Cut-bray itu punya perempuan Aceh?
.

Demikian status panjang ini dibuat agar yang suka menilai Aceh tanpa menginjakkan kaki terlebih dulu disini, segera pesan tiket sebelum harganya naik lagi. Nanti bisa foto kayak foto ini.
.
Iklan layanan masyarakat ini disponsori oleh "Visit Indonesia 2019"

Sumber: Facebook Safrina Syams