Jangan Jadi Orang Kaya Yang Menyusahkan
Salah satu yang membekas diingatan saya dari sosok yang kami panggil Mucut --meskipun sudah belasan tahun beliau meninggal--adalah nasehatnya tentang guna "mobil".
Dulu, mobil merupakan barang mewah, tidak semua kalangan bisa beli. Gak seperti sekarang yang pembeliannya dipermudah oleh kredit (lalu hidupnya dipersulit oleh bunga bank.)
Saudara kandung ayah kami ini, pernah mengingatkan anak lelakinya bahwa harta seharusnya ladang pahala untuk membantu sesama.
"Loen ku bantu kah bloe moto, jeut ka intat wareh, dum."
Mobil harus digunakan sang anak untuk memberi tumpangan kepada saudara-saudara. Untuk rombongan Intat Lintoe, Tung Darabaro, hingga mengantar siapapun yang harus dilarikan ke rumah sakit.
Sudah seharusnya kekayaan mempermudah kita pada kebaikan.
Kasarnya begini. Jangan kaya ... kalau hanya menyusahkan orang lain.
Saya berikan beberapa contohnya, mengingat semakin banyaknya fenomena "orang kaya yang menyusahkan" ini.
Begitu banyak kisah menyebalkan di balik touring para pemilik Motor Gede. Bagaimana mereka dikawal aparat bak orang penting, memakan ruang jalan milik warga, dengan alasan yang gak urgent.
Bagaimana kelakuan mereka yang arogan juga beberapa kali tertangkap kamera. Bahkan sebelumnya ada dua balita kembar, tewas ditabrak orang kaya pecinta moge ini.
Di Aceh ada juga orang-orang kaya, membuat convention hall dengan hanya menyediakan sedikit lahan parkir. Alhasil saat ada yang menggelar resepsi menggunakan gedung mereka, jalanan raya dibuat kacau sekali karena para tamu tak punya tempat parkir lain.
Jalanan raya yang satu jalur itu menjadi sangat macet, menghambat pengguna jalan lainnya yang juga sedang berkejaran dengan waktu. Seharusnya saat buat bangunan, sudah dipikirkan dengan matang, apakah akan mengganggu orang lain.
Terkait mobil, saya hanya bisa menyarankan kepada siapapun pemiliknya. Bila keadaan tidak begitu mendesak, lebih baik gunakan sepeda motor. Selain menghemat bensin, anda juga ikut membantu mencegah kemacetan, menghemat bahan bakar yang persediaannya makin menipis di dasar bumi.
Di satu kampung ada yang tiap pagi terpaksa dibuat satu arah, lantaran ada sekolah disana tiap pagi pasti macet karena kebanyakan diantar mobil semua (maklum, bukan sekolah orang kelas bawah). Padahal kalau dekat antarnya, cuma satu anak yang diantar, rasanya naik motor lebih efesien.
Saya harus melintas jalan itu demi efisiensi waktu, malah beberapa kali akhirnya motor saya terpaksa mengalah demi mobil.
Jadilah sekaya mungkin, asal tak menzalimi hak orang lain. Seperti di bagian tengah kolase foto, saya juga terakan foto salah satu rumah di dekat rumah kami, sebagai contoh baik. Bagaimana tipe-tipe orang kaya yang harus dilestarikan.
Jika orang sekarang beramai-ramai membatasi rumahnya dengan pagar, dengan batas maksimal tanah, maka rumah ini tidak. Pemilik tak setamak itu menghabiskan tanahnya. Beliau menyisakan space di luar pagar, kalau-kalau ada mobil parkir sebentar. Jadi tak menzalimi hak penggunaan jalan lain.
Punyalah mobil, yang dengannya anda ajak keluarga pergi bersilaturrahmi, mengajak teman mengaji, atau biar anak tak kebasahan bila hujan.
Namun bila dengannya hanya memperumit hisab anda di akhirat (seperti dua gambar paling atas) mending kesinikan saja mobilnya. Biar kita jual, buat bantu modal pemerintah bangun ibukota baru di planet Namex.
Saudara kandung ayah kami ini, pernah mengingatkan anak lelakinya bahwa harta seharusnya ladang pahala untuk membantu sesama.
"Loen ku bantu kah bloe moto, jeut ka intat wareh, dum."
Mobil harus digunakan sang anak untuk memberi tumpangan kepada saudara-saudara. Untuk rombongan Intat Lintoe, Tung Darabaro, hingga mengantar siapapun yang harus dilarikan ke rumah sakit.
Sudah seharusnya kekayaan mempermudah kita pada kebaikan.
Kasarnya begini. Jangan kaya ... kalau hanya menyusahkan orang lain.
Saya berikan beberapa contohnya, mengingat semakin banyaknya fenomena "orang kaya yang menyusahkan" ini.
Begitu banyak kisah menyebalkan di balik touring para pemilik Motor Gede. Bagaimana mereka dikawal aparat bak orang penting, memakan ruang jalan milik warga, dengan alasan yang gak urgent.
Bagaimana kelakuan mereka yang arogan juga beberapa kali tertangkap kamera. Bahkan sebelumnya ada dua balita kembar, tewas ditabrak orang kaya pecinta moge ini.
Di Aceh ada juga orang-orang kaya, membuat convention hall dengan hanya menyediakan sedikit lahan parkir. Alhasil saat ada yang menggelar resepsi menggunakan gedung mereka, jalanan raya dibuat kacau sekali karena para tamu tak punya tempat parkir lain.
Jalanan raya yang satu jalur itu menjadi sangat macet, menghambat pengguna jalan lainnya yang juga sedang berkejaran dengan waktu. Seharusnya saat buat bangunan, sudah dipikirkan dengan matang, apakah akan mengganggu orang lain.
Terkait mobil, saya hanya bisa menyarankan kepada siapapun pemiliknya. Bila keadaan tidak begitu mendesak, lebih baik gunakan sepeda motor. Selain menghemat bensin, anda juga ikut membantu mencegah kemacetan, menghemat bahan bakar yang persediaannya makin menipis di dasar bumi.
Coba sesekali bacalah berita, bagaimana mereka yang keluarganya meninggal di jalan, setelah ambulance tak bisa berkendara maksimal akibat lalu lintas jalanan yang padat. Atau bagaimana mobil pemadam kebakaran telat datang ke TKP karena, karena hal serupa.
Di satu kampung ada yang tiap pagi terpaksa dibuat satu arah, lantaran ada sekolah disana tiap pagi pasti macet karena kebanyakan diantar mobil semua (maklum, bukan sekolah orang kelas bawah). Padahal kalau dekat antarnya, cuma satu anak yang diantar, rasanya naik motor lebih efesien.
Saya harus melintas jalan itu demi efisiensi waktu, malah beberapa kali akhirnya motor saya terpaksa mengalah demi mobil.
Jadilah sekaya mungkin, asal tak menzalimi hak orang lain. Seperti di bagian tengah kolase foto, saya juga terakan foto salah satu rumah di dekat rumah kami, sebagai contoh baik. Bagaimana tipe-tipe orang kaya yang harus dilestarikan.
Tidak seperti sebuah pusat perkantoran di kecamatan di Aceh Besar (di gambar terakhir itu). Makin jalanan sempit, rusak, makin orang berbondong-bondong bawa mobil lalu parkir sembarangan disana. Sungguh, menyusahkan orang kaya seperti ini.
Punyalah mobil, yang dengannya anda ajak keluarga pergi bersilaturrahmi, mengajak teman mengaji, atau biar anak tak kebasahan bila hujan.
Namun bila dengannya hanya memperumit hisab anda di akhirat (seperti dua gambar paling atas) mending kesinikan saja mobilnya. Biar kita jual, buat bantu modal pemerintah bangun ibukota baru di planet Namex.
Sumber: Facebook Safrina Syams