Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Tentang Mandi

Dulu, saya selalu senang kalau melihat anak-anak (orang) jam lima sore sudah bersih dan wangi. Saya salut para ibu bisa mempersiapkan anak mereka dengan penampilan terbaik disaat sore hari; sore yang identik dengan masa menikmati waktu yang tersisa dengan hal-hal menyenangkan. Seperti bermain ke rumah teman, jalan-jalan sore, beli cemilan dan sebagainya.
Dulu, saya selalu senang kalau melihat anak-anak (orang) jam lima sore sudah bersih dan wangi

Tapi seiring jalannya waktu, saya makin belok kiri.

Bukan gak senang lihat anak-anak rapi jali saat sore, yang khas dengan bedaknya yang berserakan di pipi. Tapi saya hanya sudah mengembalikan mandi ke fungsi utamanya.
Anak-anak saya itu tipe anak keringatan. Kalau dimandikan sore, mereka bisa main sepeda lagi, loncat-loncat lagi, lari-lari lagi, teriak-teriak lagi.

Akhirnya?

Ya keringatan lagi.

Padahal saya pengenya pas malam, jelang tidur, anak badannya segar.

Jadi akhirnya saya mendobrak tradisi di tengah keluarga. Dimana semua cucu nenek jam 5 udah pada wangi, anak saya malah sebaliknya.

Kami baru mandi setengah jam sebelum Maghrib. Setelah mereka puas main dan keringatan.

Itu berlaku kalau dirumah saja. Kalau jalan-jalan sore, ya terpaksa mandi cepat.
Jadi seiiring waktu berjalannya waktu, anak-anak udah paham fungsi mandi versi emaknya.
Kalau lagi hujan bahkan cuma mandi 1x aja sehari. Atau kalau lagi libur, leyeh-leyeh doang di depan TV, pernah gak mandi pagi berjamaah. Kami baru jama' mandinya ke siang. Trus sorenya malas atau lupa mandi lagi, karena berasa baru aja mandi tadi.

Tipe emak yang gak bisa dijadikan panutan banget kan, saya? 

Untuk memanipulasi penampilan, boleh lah sesekali modal cuci muka doang pagi, kalau mau keluar rumah bentar cari makanan.

Nah, alkisah lainnya ... anak kedua kami pada mulanya saya kira lebih banyak turunan DNA ayahnya. Saya mencari apa karakter dia yang mirip saya, kayaknya payah. Gak kayak abangnya; yang emaknya banget.

Ngomongnya pun telat. Dia speech delay, jadi saya harus rajin-rajin pancing dia ngomong dan membetulkan ucapannya yang masih salah sana-sini.

Mengajaknya berbicara apapun, agar dia lebih lancar bertutur.

Suatu hari saya ajak dia ke kios depan, tapi malas mandi dulu.

Jadi saya perintahkan cuci muka dengan mengajaknya ke kamar mandi, sambil melatihnya berbicara.

"Dek, sini dulu. Kita cuci muka .... biar?" pancing saya agar dia mau merespon apa manfaat mandi.

"Bial ... ganteng."

Oke sip. Cuci muka biar ganteng menurut anak 3 tahunan ini ternyata.
Penasaran kalau cuci muka aja bisa ganteng, jadi mandi biar apa juga?
"Kalau mandi, biar apa dek?"

"Bial segal!" Biar segar katanya.
====
Oke Fix, ternyata dia beneran turunan saya.
Karena menurut paham emaknya, kalau cuma pengen cantek dan ganteng aja ... cuci muka aja udah cukup kok. Gak perlu capek-capek mandi 

Jadi paham ya, kenapa saya jarang make up.

Kami keluarga anti ribet. Karena bagi kami, cantik itu cukup dengan cuci muka, lalu pura-pura gak ada masalah 

Sumber: Facebook Safrina Syams