Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Sekolah Model Merdeka Belajar

Sekolah Model Merdeka Belajar Merdeka Belajar, saat ini pemerintah  melalui kemdikbudristek secara resmi merubah Kurikulum 2013 menjadi kurikulum merdeka secara bertahap dengan keluarnya Kepmendibudristek No 56 /M/2022  tentang kurikulum merdeka.

Sehingga Kemdikbudristek sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan dan mengimplementasikan sekolah merdeka belajar melalui gerakan guru penggerak dan sekolah penggerak sebagai respon berbagai situasi yang dihadapi serta perkembangan revolusi industri 4.0.

Untuk bisa memahami perubahan kurikulum dan paradigma pendidikan yang di gelindingkan Mendikbud Nadiem Makarim  kepala BSKAP Anindito Aditomo dalam sosialisasi kurikulum Prototipe dan buku Teks menjelaskan bahwa Merdeka Belajar hadir sebagai  upaya pemulihan pembelajaran.

Apanya yang harus dipulihkan ? Selama pandemi covid 19  bukan hanya di Indonesia sebagai negara berkembang , negara maju dalam pendidikan pun mengalami  tekanan dan perubahan kebiasaan proses pembelajaran siswa.

Mau tidak mau 3 tahun berselang dan bahkan tidak tahu sampai kapan hal ini berakhir,  Pandemi menyebabkan  penurunan kualitas proses pembelajaran, kalaulah tidak rela disebutkan selama Panademi peserta didik  tidak mengalami proses belajar mengajar. 

Kondisi tersebut oleh para ahli disebut sebagai Learning lost dan seremnya para ahli pendidkan tersebut menyebutkan situasi ini bisa menyebabkan hilangnya satu generasi.

Untuk mengembalikan kondisi learning lost tersebut perlu ada upaya besar dari seluruh stake holder pendidikan, upaya - upaya tersebut mungkin saja dengan model dan metode diluar kebiasaan. 

Satuan pendidikan harus mampu dengan baik membuat kurikulum operasional satuan pendidikan yang sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungannya.

Kemudian para pendidiknya harus mau berubah mengusung paradigma baru dengan menguasai dan mau mengimplementasikan minimal dua model pembelajaran yaitu Projeck Based Learning (PjBL) dan  Teaching at The Righ Level (TaRL).

Sehingga untuk menjawab kedua hal diatas lahirlah dua program utama dalam mendukung Implementasi Kurikulum merdeka yaitu 1) Program Guru Pengerak dan 2) Program Sekolah Penggerak.

Program guru penggerak bertujuan untuk menciptakan pemimpin pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga guru melakukan pembelajaran dengan paradigma baru, berlandaskan filosofi Kihajar Dewantara (KHD) yaitu

Menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat

Dengan demikian proses pendidikan harus berpusat kepada peserta didik, dengan bahasa Kihajar Dewantara "menghamba pada anak"

Progam sekolah penggerak mendorong sekolah untuk mampu  melakukan pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) serta karakter Pelajar Pancasila, diawali dengan membentuk SDM yang unggul mulai dari kepala sekolah dan guru.

Target sekolah penggerak sendiri adalah mengembangkan dan memimpin upaya mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar sekolah.

Namun Ditengah gencarnya Implementasi Kurikulum Merdeka ditahun ajaran baru 2022-2023 tidak sedikit yang meragukan keberhasilan dan keefektifan kurikulum merdeka, yang terkesan terburu-buru dan "dipaksakan" ini, walau satuan pendidikan diberikan kebebasan untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka atau tetap dengan kurikulum 2013.

Namun dalam kenyataannya satuan pendidikan merasa tertinggal kalau tidak menggunakan kurikulum baru atau setidaknya malu-malu jika masih menggunakan kurikulum 2013. 

Belum lagi hitung-hitungan persentase kesiapan guru dan sekolah yang masih rendah. 

Yang berimplikasi pada ketidaksiapan pendidik dan satuan pendidikan, yang dikhawatirkan justru,subyek pendidikan itu sendiri yaitu peserta didik menjadi korban, yang seolah-olah menjadi obyek (kelinci percobaan).

Khususnya sekolah-sekolah yang tidak menjadi Program Sekolah Pengerak, yang tidak mendapat bantuan khusus baik coaching maupun dana pengembangan Implementasi Kurikulum merdeka.

Yang secara mandiri dan sukarela kalaulah tidak disebut terpaksa dan terseret, oleh pemangku kepentingan dunia pendidikan itu sendiri , berupaya mempersiapkan diri baik pendidik maupun satuan pendidikannya.

Sekolah Model Merdeka Belajar 

Ditengah gencar-gencarnya implementasi kurikulum merdeka, banyak pertanyaan diantara para pengelola dan para pimpinan satuan pendidikan.

Yang bagaimana sekolah merdeka itu, bagaimana bentuk dan rupanya ? adakah contoh sekolah model Merdeka belajar yang benar-benar telah mengimplementasikan merdeka belajar dalam proses pembelajarannya ? 

Bagaimana pengelolaannya ? Apakah sudah menjadi budaya sekolahnya ! yang menjamin keberhasilan proses pendidikannya, bukan sekolah yang baru setahun-dua tahun berjalan sebagai sekolah projek saja ! 

Nun,... Disana dikota yang dikenal dengan kota pendidikan, DI Yogyakarta tepatnya di Nitiprayan RT 04 Jomegatan, Ngestiharjo,Kasihan,Bantul ada sekolah yang bernama sekolah SALAM ( Sanggar Anak Alam) .

SALAM berdiri sejak 17 Oktober1988 oleh  idealisme pendirinya dan keprihatinan atas praktik dunia pendidikan yang menurutnya telah kehilangan arah,yaitu Toto  Rahardjo dan Sri Wahyaningsih. 

Selama 24 tahun Mengusung ideologi pendidikan yang menerapkan pendekatan holistik dan memerdekakan.

Mewujudkan ide-ide Kihajar Dewantara yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi siswa untuk bebas berekspresi dan berekplorasi dalam menemukan pengetahuan dengan memanfaatkan potensi lingkungan terdekat sebagi media sekolah dan kehidupan.

Disanalah pembelajaran dengan pendekatan yang holistik dan memerdekakan telah diwujudkan selama 24 tahun berjalan.

Apa Keistimewaan SALAM ?

Untuk memahami mengapa SALAM istimewa dan layak disebut sekolah model Merdeka Belajar, saya coba menarik benang dari  filosofi Kihajar Dewantara.

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran
pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. 

Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. 

Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung
ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.

Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik
namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

Dari filosofi Pendidikan KHD tersebut saya mengambil dua hal : 
  1. menyiakan penyemaian yang baik dengan membongkar, mencabut gulma dan membersihkan tanah dari berbagai hal yang bisa merusak proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga menjadi tanah yang subur dan siap di tanami.
  2. menanam Bibit

Yang dibongkar dan ditanamkan oleh sekolah sanggar anak alam (SALAM), sehingga siap ditanami bibit.

1. Sekolah bukan perusahaan
2. Pendidikan bukan komoditas
3. Sekolah tidak seperti mencetak batu bata
4. Sekolah bukan kompetensi unggul-unggulan
5. Prestasi bukan mengalahkan orang lain

Konsep dasar teori pendekatan yang ditanamkan oleh  (SALAM) diantaranya 

1. Dasar pedagogis sekolah SALAM

  1. Manusia seutuhnya
  2. Berorientasi pada peserta didik (anak)
  3. Pendekatan holistik
  4. Siklus belajar-mengalami
  5. Gaya Belajar
  6. menjalin hubungan demokratis antara guru, peserta didik dan orang tua

2. Karakter dan Budaya dari sekolah SALAM adalah :

  1. Berguru pada alam
  2. Sekolah yang memerdekakan
  3. Sekolah adalah taman

3. Metodologi dan Proses Belajar Merdeka Belajar di Sekolah Sanggar Anak Alam (SALAM)

Saya dengar saya lupa, saya lihat saya ingat, saya lakukan saya paham, saya temukan saya kuasai."(Toto Rahardjo)

1. Belajar tidak hanya menghafal namun juga berpikir

Selama ini proses pembelajaran di sekolah pada umumnya adalah membaca kemudian menghafal.

Jika dikaitkan dengan proses belajar, metode menghafal bukanlah cara yang bagus untuk perkembangan otak anak, menghafal akan menajdikan otak lebih bekerja keras untuk mengingat, mengingat dan mengingat. 

Walau pada dasarnya menghafal tidak apa-apa namun tidak semua hal harus dihafalkan, dalam kehidupan sehari-hari menghafal memang diperlukan untuk beberapa tujuan, meskipun demikian menghafal memiliki titik lemah.

Seperti yang diketahui oleh kita bagian otak baik otak kiri maupun otak kanan keduanya sangat berpengaruh pada aktifitas mengingat dan berpikir.

mengingat dan berpikir adalah suatu yang berbeda namun sama-sama diperlukan dalam proses menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Jika kita bandingkan mana yan glebih penting antara mengingat dan berpikir, maka jawaban yang paling tepat adalah berpikir. 

Dalam proses belajar yang lebih mengutamakan menghafal kita mengadopsi istilah " proses dari yang tidak tahu menjadi tahu. 

sedangkan dalam proses belajar yang lebih mengutamakan cara berpikir, logika dan motorik, kita mengadopsi istilah " dari yang belum ada menjadi ada" proses berpikir untuk menemukan gagasan baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Dalam kehidupan sekarang ini mampu menemukan gagasan dan inovasi baru itu lebih dibutuhkan, dibanding seseorang yang hanya menerapkan hafalannya, untuk yang bersifat hafalan saat ini tinggal buka buku dan browsing saja dengan bah google saja. 

Orang yang berpikir besar menyakini bahwa berfikir dan menemukan gagasan baru jauh lebih penting dari pada sekedar menghafal.

Berawal dari berpikir,muncul ide dan gagasan, setelah itu kita berpikir jauh lebih keras untuk menyempurnakan gagasan tersebut hingga akhirnya menemukan karya baru yang belum pernah ada sebelumnya. 

Inilah proses belajar yang sangat dibutuhkan untuk membangun kemajuan bangsa.

Jika saja perentase dalam peroses pembelajaran sekarang ini di ubah menjadi 80% berpikir dan logika kemudian 20% menghafal maka bukan tidak mungkin banyak generasi muda yang tumbuh menjadi sosok yang sangat berpengaruh bagi kemajuan negeri ini.

2. Proses belajar Salam Disusun dalam kerangka "Daur Belajar" dari pengalaman belajar yang distrukturkan ( Struktural experiences learniing cycles), yang terdiri dari :

  1. Rangkai ulang (Rekontruksi); yaitu proses mengalami dengan cara langsung melakukan kegiatan dengan mengalami,mengerjakan, mengamati, melihat dan mengatakan sesuatu, dari pengalaman inilah sebagai titik tolak proses belajar selanjutnya, Belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Pengetahuan adalah perpaduan antara memahami dan mentransformasikan pengalaman. pembelajaran mengalami ini (epreriental learning) yang menekankan proses holistik dalam belajar.
  2. Kaji Urai ( Analisis); yakni mengkaji sebab-sebab dan komponen-kompoenen yang saling berkaitan dengan permasalahan yang ada dan realitas tatanan, aturan, sistem yang menjadi akar persoalan.
  3. Kesimpulan ; peserta didik merumuskan, merinci dan memperjelas hal-hal yang telah dipelajari
  4. Tindakan ; sebagai tahap akhir dari proses pembelajajarnya dimana peserta didik memutuskan dan melaksanakan tindakan-tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman  atau pengertian baru dari realitas yang dihadapi tersebut. disini dimungkinkan untuk menciptakan realitas-realitas baru yang lebih baik.  Pengalaman baru ini kemudian didilaksanakan dan diimplementasikan dan diuji dalam perilaku sesungguhnya, tahapan inilah yang disebut eksperimental, Proses penerapan ini menjadi pengalaman baru lagi dari proses inilah akan dimulai dari awal lagi dan setursnya menjadi daur belajar.

3. Menghadirkan Peristiwa

Riset merupakan ciri sekolah SALAM, dengan riset penyeragaman proses pembelajaran tidak terjadi, peserta didik difasilitasi untuk menemukan sendiri apa yang tengah mereka cari.

Tahapan riset yang dijalankan berupa :

  1. Perencanaan ; anak menentukan obyek yang akan diteliti, tergantung dari apa yang diminati, diganrungi dan disenangi siswa itu sendiri, fasilitator (guru) dan orang tua mendampingi, berdialog dan memperjelas obyek yang dipilih. 
  2. pendampingan ; berikutnya orang tua dan fasilitator (guru) mendampingi anak untuk menyusun hipotesa-hipotesa atau pertanyaan-pertanyaan dasar sebagai modal dasar anak menyusun dan merencanakan serta membuat jadwal riset. Riset disini berupa melakukan pengamatan langsung, membaca referensi atau mewawancarai narasumber yang dianggap menguasai obyek yang diriset. Fasilitator dan orangtua mendampingi terus agar riset lebih mendalam  dan meluas, dari tahapan ini guru/fasilitator mulai mengaitkan, memasukkan, indikator yang harus dicapai dalam semester ini.
  3. Presentasi; sebagi tahap akhir fasilitator/guru dan orang tua mendampingi peserta didik melakukan presentasi di depan temannya, orang tua, komite sekolah. Kemudian fasilitator mengkaji keterkaitan hasil riset dengan capaian indikator  dengan menggunakan "Daur Belajar" yaitu lakukan, ungkapkan, analisis dan keseimpulan.
Plus kegiatan belajar anak salam dalam keseharianya yang bersumber dari lingkungan sekitar siswa, seperti pasar senin  legi, bank sampah, home visit, piket harian, kesepakatan kelas, after school dimana Peserta didik sebagai subyek dari proses pembelajarannya.

Untuk mengenal lebih jauh Sekolah Anak Alam (SALAM), bagimana pemikirannya serta implementasi pengelolaan sekolah yang memerdekakan oleh para pendiri dan pengelolanya, layak anda baca buku yang ditulis langsung oleh  pendiri SALAM Toto Raharjo dengan judul : Sekolah Biasa Saja, Terbitan Insist Press Yogyakarta



Kesimpulan 

Berdasarkan paparan diatas , dapat saya disimpulkan bahwa sistem kurikulum Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta holistik dan memerdekakan.

Sehingga tepat kalau disebut sebagai  sekolah model Merdeka Belajar.

SALAM menerapkan pendidikan yang menganggap siswa sebagai subjek dan menjadi dirinya sendiri. 

Oleh karena, itu SALAM layak menjadi contoh nyata sekolah yang menerapkan merdeka belajar sesuai yang dicanangkan Menteri Pendidikan Indonesia yaitu Nadiem Anwar Makariem

Hal ini tergambarkan dari uraian point-point diatas, yaitu: 

  1. Berdiri atas ideologi pendirinya dari rasa kecewa akan praktik pendidikan selama ini, yang kehilangan arah dan mengekang dan menyibukkan guru  dengan sederet aturan administratif;
  2. Metode pembelajarannya menggunakan daur belajar, yang membuat SALAM menjadi sekolah yang merdeka, karena membentuk siswa menjadi aktif, kritis dan partisipatif; 
  3. Riset menjadi metode inti prose pembelajarannya, sehingga merangsang kreatifitas siswa dalam belajar . Riset membentuk peserta didik menemukan ilmu pengetahuan dari proses mengalami dan pengalaman mereka sendiri; 
  4. Asessmen yang digunakan di SALAM yaitu dengan sistem workshop/presentasi.  siswa mepresentasikan pemahaman mereka dari proses mengalami yang sudah mereka lalui selama satu semester didepan para orang tua, fasilitator dan teman-temanya, serta komite sekolah. 
  5. Sistem kurikulum yang diterapkan di SALAM sudah merujuk pada holistik dan memerdekakan.
Ayo ambil cermin dan bagaimana wajah anda para pendidik dan penyelenggara pendidikan,? apakah menjadi aktor penghambat pendidikan itu sendiri ? 

Merdeka belajar sangat mungkin bisa diwujudkan, Tinggal bagaimana seluruh stake holder berkomitmen dengan sungguh-sungguh. 

Sumber Rujukan :
  • Modul 1.1. - Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara 
  • Rahardjo,Toto.2021.Sekolah Biasa Saja.Yogyakarta:Insist Press.
Penelusuran terkait
  • contoh merdeka belajar di sekolah
  • contoh merdeka belajar di sma
  • contoh penerapan merdeka belajar di sd
  • strategi pembelajaran merdeka belajar
  • 4 konsep merdeka belajar
  • merdeka belajar adalah
  • contoh merdeka belajar di smp
  • merdeka belajar kemdikbud