Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Dear Xiaomi redmi 5A

Sepertinya kamu akan menjadi HP terbaik yang patut dikenang. Bukan disebabkan oleh kecanggihanmu. Karena sebagus apapun performa suatu benda, kalau tak menghasilkan apapun yang baik untuk diingat; itu tidak ada istimewanya. Setuju?
Sepertinya kamu akan menjadi HP terbaik yang patut dikenang

Sedangkan kamu dengan segala keterbatasan, berhasil menemaniku dengan begitu baik.
Sepuluh buku online kukerjakan bersamamu. Bahkan salah satunya jadi buku perdana yang berhasil naik cetak, setelah ikut parade menulis. Seribuan kata wajib disetor perhari-- selama sebulan penuh--berhasil kita ikuti dengan hanya bermodalkan kamu; si layar 5 inch.

Lagipula kaum rebahan sepertiku memang lebih suka mengetik dari HP, karena tak mesti duduk serius untuk melakukannya. Tapi capek itu justru saat membereskan margin, font, editing, semuanya saat sudah 35.000an kata. Finishing 30 bab, mau tak mau harus harus kita lakukan di layar kecilmu. Sebuah HP buatan China yang sering dipandang sebelah mata.
Beberapa kali aku harus berhenti mengetik karena kamu tidak merespon apapun, walaupun nanti bisa lagi dengan sendirinya.

Maaf kalau saat itu memaksamu bekerja begitu berat, karena laptop kami sedang rusak.
Uang dari hasil menulis kala itu juga masih tersimpan baik di rekening hingga kini. Aku masih tak menyangka, kamu bisa sangat membantuku untuk produktif berkarya. Padahal kala itu aku sedang melewati masa-masa yang tak mudah; akibat kepergian buah hati kami, Saliha. Algoritma bersosial media malah menuntunku untuk ikut berkarya demi mengisi waktu. Agar sedikit melupakan lara ditinggalkan oleh orang yang kucintai.

Terimakasih Xiaomi, kamu telah menemaniku saat itu.

Segenap foto tumbuh kembang anak-anak kami, juga terekam dengan begitu sempurna bersamamu. Aku yang dari remaja memang suka menjepret apapun, tak pernah berhenti menyesaki galerimu dengan begitu banyak foto kelima pelita hatiku.

Album screenshot apalagi. Mulai dari resep yang gak pernah berhasil dieksekusi, foto inspirasi baju untuk dijahit, meme-meme lucu, hingga quote-quote bijak penyemangat disaat sedang terpuruk.

Padahal memorimu kecil sekali. Jangankan untuk menginstal aplikasi Tiktok, Grab, Go-Jek, Shopee, dan sebagainya, untuk WhatsApp saja aku harus bersihkan chat terus-terusan.
Sejak awal tahun ini kamu terlihat makin kepayahan, namun aku masih menolak saat suami menawarkan HP baru. Selama masih bisa dipergunakan, pantang bagiku membeli barang baru.

"Gak malu dilihat orang, HP udah begitu?"

Suami sampai kehabisan cara memaksa agar istrinya ini mengistirahatkamu, sampai harus body shaming karena yang layarmu sudah retak sana-sini. Padahal tahun sebelumnya sudah pernah kita ganti.

"Malu itu, kalau gak pakai baju," jawabku masih menolak bulan lalu.

Namun ternyata puncaknya bulan ini, aku jadi harus makin sering bersih-bersih HP karena kinerjamu makin payah. Hingga tepatnya hari Minggu lalu ---saat dalam perjalanan ke Saree-- aku mulai mengeluh.

"Kayaknya memang harus ganti ..."

Aku akhirnya mengalah, ingin mengistirahatkanmu dan berencana mengganti dengan smartphone baru usai lebaran.

Dan lihatlah apa yang terjadi setelahnya.

Hanya satu jam setelah mengatakan itu, kamu menghilang begitu saja. Terjatuh entah dimana. Seolah ingin segera menghilang, saat merasa tak lagi dibutuhkan.

Padahal aku mengatakan akan menyimpanmu sebagai barang berharga. Ada begitu banyak kenangan di dirimu, seluruh foto orang yang kucintai ada bersamamu. Lalu kamu menghilang begitu saja.

Walau beberapa foto Saliha sempat terselamatkan ke tempat lain, tapi entah kenapa saat bangun pagi aku merasa ada yang hilang setelah kamu tiada.

Kamu yang membangunkan ku tiap subuh, tanpa lelah terus berbunyi, walau kadang kuabaikan.

Kami sudah berusaha menemukanmu. Bahkan suami yang dulunya paling getol minta aku ganti HP, rela kembali ke Saree. Pulang kantor dalam keadaan letih, ia masih mau menempuh ratusan kilometer (PP) demi menemukanmu. Dan pulang jelang tengah malam, dengan kesia-siaan. Karena kamu tak juga diketemukan.

Aku jadi ingat malam sebelum kita berpisah.

Saat itu Ali tak juga tidur hampir jam 11 malam. Demi melawan kantuk, aku mencoba menyusui sambil membuka Instagram. Lalu melihat reel seorang yang bekerja di Antartika, yang acap kali membagikan bagaimana kehidupan di kutub es sana, yang jarang melihat matahari. Saat siang hari yang ada hanya kegelapan yang pekat.

Terasing dalam sepi, gelap, dan beku.

Tanpa sadar aku tertidur, dan terjaga saat hampir jam 2 malam dengan reel yang masih terus menyala. Ternyata hampir 3 jam lamanya vidio itu berputar berulang-ulang.

Aku lantas merutuki diri, karena membiarkanmu dan internet bekerja begitu lama demi mengulang-ngulang Vidio yang bahkan tak lagi kusadari keberadaannya.
Ya ... ternyata itu malam terakhir kita.

Seolah kau memberi tanda perpisahan; menemani malamku sedikit lebih panjang dari biasa, untuk terakhir kalinya. Dengan Vidio yang cukup mewakili pamitmu.
Dear, Xiaomi sayang.

Maaf jika kemarin kami akhirnya memutuskan menyerah. Kami telah ke GraPARI untuk membuat kartu baru, karena kamu tak jua kami temukan.

Sekali lagi terima kasih telah menemaniku lima tahunan ini dengan sangat baik.
Sungguh, kamu ponsel baik yang betuah. Karena kamu telah memiliki begitu banyak kesempatan melakukan hal berguna besamaku. Termasuk kesempatan memfoto dan merekam sosok malaikat kecil yang sangat cantik, yang hanya 6 bulan singgah di dunia.
Walau aku sudah mengikhlaskan foto dan Vidio berharga itu pergi bersamamu, namun bila kau masih mau kembali, kembalilah ... semoga kau bertemu dengan orang baik diluar sana yang mau mempertemukan kita. Aku akan sangat senang.

Namun bila tidak, tak apa. Jangan cemaskan aku. Karena hidup harus terus berjalan.

Sumber: Facebook Safrina Syams