Konsep Pernikahan Sederhana Dan Murah
Kami menikah tahun 2008. Saat itu, aq tidak mau di rias wajah. Sebab masa dulu, kalau dirias, wajah akan keliatan berbeda dari aslinya, dah gak mirip diri sendiri. Gak kayak sekarang sudah lumayan natural. Maka, saat nikah dan pesta pernikahan digelar dulu, sebelum datang perias pengantin, wajah sudah aq poles sendiri dengan bermodalkan, bedak Pixy. Udah itu aja.
Untuk pelaminan, carinya juga yang paling murah simpel aja, gak ada terbersit dalam hati, gak perlu harus WAH!. Suami juga gitu, simpel aja saat pesta di gelar di rumahnya, dan Alhamdulillah... Tidak membebani masing² orang tua. Semua ceria dan senang saat kami menikah, itu yang paling penting bagi diri ini juga suami. Gak ingin habiskan modal banyak untuk hanya satu hari.
Sebab, kedepannya mikir, pertama untuk biaya bulan madu, masak ia sehabis menikah di rumah aja, gak ada kenangan² indahnya bersama pasangan, awal menikah masih tinggal di rumah orang tua, ya... Otomatis juga harus mengeluarkan biaya untuk belanja, biaya listrik, beli makanan, juga gak mungkin beli untuk berdua aja, harus di hitung satu rumah.
Nah, hal seperti itulah yang paling ditakutkan terjadi. Maka prinsip diri, harus ada pegangan, untuk bisa bantu² suami juga diri, menjaga nama baik suami, jangan sampai ada cacat cela di mata keluarga. Maka dari itu, gak ingin yang wah wah, walau kata orang seumur hidup sekali. Sesuaikan dengan budget yang ada. Dan sisain modal untuk bekal hidup berdua dengan suami. Kan gak mungkin juga selamanya tinggal bersama orang tua.
Dimana, kita akan membentuk keluarga berdua bersama pasangan, yang mana nantinya bakal bertambah anggota dari berdua, bertiga, berempat, berlima dan seterusnya, dengan kehadiran anak². Butuh biaya untuk proses selama kehamilan, beli perlengkapan bayi, beli kebutuhan makan yang bergizi untuk istri, melahirkan, buat acara aqiqah, dan masih banyak hal lainnya. Dan semua itu tidak mungkin dibebankan kepada orang tua. Memang sudah harus dipikir jauh² hari semenjak sudah memutuskan untuk menikah.
Benarlah kata² yang pernah didengar begini, "ketika nikah itu yang dibayangkan enak²nya aja. Lupa kalau ada tanggung jawab besar yang harus diperhatikan". Jadi nikah itu jangan dibayangkan enaknya aja, tapi siap dengan segala kemungkinan yang gak enaknya. Dan saat sudah menikah itu sama² suami-istri saling bantu membantu.
Semua orang punya pikirannya masing² dan prinsip dalam hidupnya masing². Kalau kami dari awal ketika akan menikah sudah berkabari, yang simpel² aja. Dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak membebani orang lain dalam hal rumah tangga. Cukup gak cukup, gak perlu satupun ada orang yang tahu bahkan orang tua. Biarlah kami melewati berdua apa yang kami rasakan. Pahit, manis, asam asin, kelat, cukup kami yang tahu.
Yang perlu orang lain tahu, kita selalu happy
Dengan begitu kita tidak menyusahkan pikiran orang tua dan keluarga lainnya.
Orang yang benar² saling menyayangi tidak akan membebani pasangannya, orang yang benar² mencintai, tidak mungkin sanggup melihat pasangannya terluka baik itu karena sikap, tingkah laku, dan tutur kata.
Orang yang benar² menyayangi akan selalu membuat pasangannya nyaman hidup bersama dengannya, walau dalam kondisi susah sekalipun, dan tidak merasa pasangannya sebagai beban dalam hidupnya. Orang yang benar² mencintai akan selalu memberi tanpa mengungkit² pemberiannya.
Pasangan yang benar² saling menyayangi dan mencintai, akan selalu berdiskusi bersama pasangannya dalam hal apa saja, baiknya apa yang harus kita lakukan, bagaimana caranya kita melakukan, dan apa saja langkah yang perlu kita susun untuk mencapai impian kita.
Pasangan yang benar² menyayangi dan saling mencintai itu, akan selalu mendukung pasangan dalam hal perkara kebaikan, dan menuntun pasangannya kembali ke jalan yang benar, jika perkara yang dilakukan pasangan salah.
Pasangan yang benar² saling mencintai tidak akan pernah membiarkan pasangannya berada di jalan yang salah. Sebab apa? Sebab pasangan yang benar² saling mencintai akan selalu menjaga pasangannya dan bersama² ingin hidup bersama, dan dipertemukan kembali untuk bisa berkumpul bersama di surga-Nya.
Semua tergantung pribadi masing2.
Sumber: Elfidayani Fida
Isi kamar, meja rias, dan kasur, yang paling simpel dan paling murah ku cari. Sebab apa, karena ingin mahar lebih banyak tinggal. Hitung² modal ketika hidup berdua dengan suami, nanti bisa dimanfaatkan untuk hal yang mendesak. Sebab dulu, setelah nikah, kami sama² masih kuliah, yang mana semua uang kuliah baik suami maupun diri q, itu semua ditanggung oleh suami, sampai selesai dan sama² bisa meraih gelar S1. Juga biaya kehidupan sehari². Ah.. tidak bisa q bayangkan betapa berpikirannya kadang suami kala itu, untuk mencukupi semuanya.
Untuk pelaminan, carinya juga yang paling murah simpel aja, gak ada terbersit dalam hati, gak perlu harus WAH!. Suami juga gitu, simpel aja saat pesta di gelar di rumahnya, dan Alhamdulillah... Tidak membebani masing² orang tua. Semua ceria dan senang saat kami menikah, itu yang paling penting bagi diri ini juga suami. Gak ingin habiskan modal banyak untuk hanya satu hari.
Sebab, kedepannya mikir, pertama untuk biaya bulan madu, masak ia sehabis menikah di rumah aja, gak ada kenangan² indahnya bersama pasangan, awal menikah masih tinggal di rumah orang tua, ya... Otomatis juga harus mengeluarkan biaya untuk belanja, biaya listrik, beli makanan, juga gak mungkin beli untuk berdua aja, harus di hitung satu rumah.
Walaupun masih banyak biaya kebutuhan yang dikeluarkan oleh orang tua, saat tinggal bersama. Perasaan gak enak pasti ada di hati. Tapi, mau gimana lagi kadang uang pas²an. Nah, disitulah gunanya ada emas mahar di tangan, bisa dipakai untuk menutupi kekurangan demi menjaga nama baik suami di mata keluarga. Kan bisa berabe ya... Kalau dengar komentar menyakitkan seperti mantu enak aja kesannya tidur makan aja, yang belanja mah orang lain, kagak kasih modal apa² makannya banyakan lagi.
Nah, hal seperti itulah yang paling ditakutkan terjadi. Maka prinsip diri, harus ada pegangan, untuk bisa bantu² suami juga diri, menjaga nama baik suami, jangan sampai ada cacat cela di mata keluarga. Maka dari itu, gak ingin yang wah wah, walau kata orang seumur hidup sekali. Sesuaikan dengan budget yang ada. Dan sisain modal untuk bekal hidup berdua dengan suami. Kan gak mungkin juga selamanya tinggal bersama orang tua.
Dimana, kita akan membentuk keluarga berdua bersama pasangan, yang mana nantinya bakal bertambah anggota dari berdua, bertiga, berempat, berlima dan seterusnya, dengan kehadiran anak². Butuh biaya untuk proses selama kehamilan, beli perlengkapan bayi, beli kebutuhan makan yang bergizi untuk istri, melahirkan, buat acara aqiqah, dan masih banyak hal lainnya. Dan semua itu tidak mungkin dibebankan kepada orang tua. Memang sudah harus dipikir jauh² hari semenjak sudah memutuskan untuk menikah.
Benarlah kata² yang pernah didengar begini, "ketika nikah itu yang dibayangkan enak²nya aja. Lupa kalau ada tanggung jawab besar yang harus diperhatikan". Jadi nikah itu jangan dibayangkan enaknya aja, tapi siap dengan segala kemungkinan yang gak enaknya. Dan saat sudah menikah itu sama² suami-istri saling bantu membantu.
Semua orang punya pikirannya masing² dan prinsip dalam hidupnya masing². Kalau kami dari awal ketika akan menikah sudah berkabari, yang simpel² aja. Dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak membebani orang lain dalam hal rumah tangga. Cukup gak cukup, gak perlu satupun ada orang yang tahu bahkan orang tua. Biarlah kami melewati berdua apa yang kami rasakan. Pahit, manis, asam asin, kelat, cukup kami yang tahu.
Yang perlu orang lain tahu, kita selalu happy
Dengan begitu kita tidak menyusahkan pikiran orang tua dan keluarga lainnya.
Orang yang benar² saling menyayangi tidak akan membebani pasangannya, orang yang benar² mencintai, tidak mungkin sanggup melihat pasangannya terluka baik itu karena sikap, tingkah laku, dan tutur kata.
Orang yang benar² menyayangi akan selalu membuat pasangannya nyaman hidup bersama dengannya, walau dalam kondisi susah sekalipun, dan tidak merasa pasangannya sebagai beban dalam hidupnya. Orang yang benar² mencintai akan selalu memberi tanpa mengungkit² pemberiannya.
Pasangan yang benar² saling menyayangi dan mencintai, akan selalu berdiskusi bersama pasangannya dalam hal apa saja, baiknya apa yang harus kita lakukan, bagaimana caranya kita melakukan, dan apa saja langkah yang perlu kita susun untuk mencapai impian kita.
Pasangan yang benar² menyayangi dan saling mencintai itu, akan selalu mendukung pasangan dalam hal perkara kebaikan, dan menuntun pasangannya kembali ke jalan yang benar, jika perkara yang dilakukan pasangan salah.
Pasangan yang benar² saling mencintai tidak akan pernah membiarkan pasangannya berada di jalan yang salah. Sebab apa? Sebab pasangan yang benar² saling mencintai akan selalu menjaga pasangannya dan bersama² ingin hidup bersama, dan dipertemukan kembali untuk bisa berkumpul bersama di surga-Nya.
Semua tergantung pribadi masing2.